BONE--Pakar geologi Universitas Hasanuddin (Unhas) Prof Adi Maulana angkat bicara terkait fenomena pergeseran tanah di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel) yang membuat 12 rumah warga retak. Lokasi bencana disebutnya memang berpotensi terjadi pergerakan tanah karena dilewati beberapa patahan.
"Belum ada analisis mendalam karena kejadiannya baru kemarin. Cuma memang berdasarkan kajian, daerah sekitar Bontocani dilewati beberapa patahan (sesar) sehingga berpotensi untuk terjadinya gerakan tanah atau tanah-tanah retak dan longsor," ungkap Prof Adi kepada Wartawan, Sabtu (9/4/2022).
Kepala Pusat Studi Kebencanaan Unhas ini lantas meminta masyarakat berhati-hati dan selalu waspada sebagai upaya mitigasi dan antisipasi. Apalagi jika terjadi hujan dengan volume yang deras.
"Kondisi tersebut akan menimbulkan retakan-retakan tanah akan terisi oleh air hujan yang akan menambah volume tanah dan akan mengakibatkan terjadinya tanah longsor," bebernya.
Prof Adi mengharapkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat dan instansi terkait lainnya agar segera melakukan upaya antisipasi dan meningkatkan kesiapsiagaan dengan menentukan titik-titik evakuasi serta titik kumpul dan dapur umum jika bencana tanah longsor terjadi. Masyarakat juga diminta untuk melaporkan setiap saat jika ada pergerakan lebih lanjut.
"Sehingga jika pergerakan sudah semakin besar bisa segera evakuasi. Rumah-rumah yang mengalami retak harus segera diidentifikasi tingkat kerusakannya utk menghindari jatuhnya korban," tandasnya.
Seperti diketahui, sebanyak 12 rumah warga di Dusun Lemo, Desat Pattuku, Kecamatan Bontocani, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel) retak akibat terjadi pergeseran tanah. Warga setempat kini mengungsi.
"Sebanyak 12 rumah warga mengalami kerusakan dan untuk sementara warga diungsikan ke tempat yang lebih aman," kata Kepala Desa Pattuku Sulaiman saat dimintai konfirmasi, Jumat (8/4/2022).
Pergeseran tanah itu terjadi pada Kamis (7/4) kemarin. Pergeseran tanah terjadi setelah hujan deras melanda wilayah tersebut.
Warga diungsikan untuk menghindari bahaya yang lebih besar karena pergeseran tanah susulan setiap saat bisa mengancam. Sejauh ini tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu.
"Namun akibat pergeseran tanah, dinding rumah warga retak dan terancam rubuh. Habis Jumatan warga sudah meninggalkan rumah masing-masing," ungkap Sulaiman.
Sementara itu, Kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bone Andi Syahrul menjelaskan berdasarkan analisis awal pergeseran tanah terjadi akibat hujan deras yang melanda daerah tersebut kemarin.
"Kita tetap mengantisipasi, saat ini warga diungsikan di sekitar Desa Pattuku sambil menunggu konfirmasi. Kita selalu berkoordinasi dengan Camat Bontocani," ucapnya.